BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan salah satu unsur
penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan.
Pembelajaran ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang baik
cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula, demikian
pula sebaliknya.
Menurut MKDP (2012: 146) di dalam kata
pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang
terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar.
Dengan definisi seperti ini, kata pengajaran lingkupnya lebih sempit dibanding
kata pembelajaran.
Pemaknaan mengenai strategi menurut para
ahli diatas yang pada umumnya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan
garis-garis besar, pola-pola umum, rencana/langkah-langkah terencana,
memunculkan permasalahan bagaimana strategi yang sifatnya luas dan absrak bisa
diimplementasikan. Cara merealisasikan atau mengimplementasikan inilah yang
menurut Sanjaya (2010: 126) dinamakan dengan metode. Jadi dapat diartikan
strategi sebagai rencana dan metode sebagai cara melaksanakan strategi dalam
pembelajaran.
Selain strategi dan metode, istilah lain
yang juga memiliki kemiripan dengan strategi yaitu pendekatan. Menurut Sanjaya
(2010: 127) “Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kapada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum”. Hal ini
menjelaskan pendekatan lebih luas cakupannya dari pada strategi. Bahkan juga
dikatakan strategi dan metode dapat bersumber dari pendekatan tertentu.
Strategi merupakan garis-garis besar, pola-pola umum, rencana/langkah-langkah
terencana yang perlu dieraliasasikan dengan metode.
Dalam proses pembelajaran seorang guru
harus pintar memilih strategi pembelajaran, karena strategi pembelajaran
menentukan jalannya pembelajaran yang aktif. Menurut Uno, B. Hamzah dan Nurdin
Muhamad (2012: 4) Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan salah
satu hal yang penting yang harus dipahami oleh setiap guru, mengingat proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi multiarah antarsiswa, guru dan
lingkungan belajar. Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya
didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan
lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak
dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, (b) analisis
kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan (c) jenis materi
pembelajaran yang akan dikomunikasikan.
Pada bergagai situasi proses
pembelajaran seringkali digunakan istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk
menjelaskan cara, tahapan atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah strategis, metode, atau teknik
sering digunakan secara bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah
tersebut memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Apabila dikaji kembali,
definisi strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh berbagai ahli, jelas
disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang
metode/atau prosedur dan teknik yang akan digunakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mengandung arti yang lebih
luas dari metode dan teknik. Artinya metode/atau prosedur dan teknik
pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.
Pada kenyataan dilapangan hasil belajar
siswa selama ini masih kurang dan belum sesuai dengan yang diharapkan, baik
secara intelektual maupun sikap. Siswa belum mencapai tahap kompetensi yang
ideal. Oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran dari
kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Berdasarkan latar belakang diatas
maka penulis akan mencoba membahas Model PAIKEM karena pembelajaran ini
dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun
tetap menyenangkan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Hakikat pembelajaran PAIKEM?
2. Bagaimana prinsip-prinsip
pembelajaran PAIKEM?
3. Bagaimana
penerapan pembelajaran PAIKEM?
4. Bagaimana peran
Guru dalam pembelajaran PAIKEM?
5. Bagaimana
penilaian dalam pembelajaran PAIKEM?
6. Bagaimana
Implementasi Pembelajaran PAIKEM di SD?
7. Apa metode
dalam pembelajaran PAIKEM?
8. Bagaimana
kendala dan tips dalam aplikasi PAIKEM?
C.
Tujuan
1. Memahami
Hakikat pembelajaran PAIKEM?
2. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM?
3. Memahami penerapan
pembelajaran PAIKEM?
4. Mengetahui peran
Guru dalam pembelajaran PAIKEM?
5. Memahami penilaian
dalam pembelajaran PAIKEM?
6. Memahami
Implementasi Pembelajaran PAIKEM di SD?
7. Mengetahui
metode dalam pembelajaran PAIKEM?
8. Mengetahui kendala dan tips dalam aplikasi PAIKEM?
D.
Prosedur Pemecahan Masalah
Adapun metode
yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan menggunakan metode
kepustakaan, dimana dalam penulisan makalah ini penyusun mencari beberapa
sumber baik dari buku–buku yang ada atau referensi yang lain (media massa
ataupun media elektronik), sebagai penunjang dan pelengkap isi makalah ini.
E.
Sistematika Penulisan
Adapun
sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah terdiri dari; kata
pengantar, daftar isi, bab I pendahuluan, bab II materi yang dibahas (pembelajaran PAIKEM). Bab III penutup dan daftar pustaka.
Bab
I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab
II Pembahasan terdiri dari Hakikat pembelajaran PAIKEM, prinsip-prinsip pembelajaran
PAIKEM, penerapan pembelajaran PAIKEM, peran guru dalam pembelajaran PAIKEM,
jenis penilaian yang sesuai dengan pembelajaran PAIKEM, implementasi
pembelajaran PAIKEM di SD, metode pembelajaran PAIKEM dan kendala serta tips
dalam aplikasi PAIKEM. Bab
III Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat PAIKEM
1. Sejarah PAIKEM
Pada makalah ini penulis fokuskan
pembahasan pada PAIKEM yaitu Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Namun tidak ada salahnya
kita mengetahui sejarah awal mula munculnya pembelajaran ini.
Awal mulanya dikenal dengan nama PAKEM yaitu
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
kemudian berkembang penamaannya menjadi PAIKEM penambahan kata Inovatif,
kemudian kita juga mengenal PAIKEM Gembrot (gembira dan berbobot) dan sekarang
juga dikenal dengan PAILKEM dengan penambahan kata Lingkungan. Ini membuktikan
bahwa pembelajaran ini telah berkembang pesat di Indonesia sampai saat ini, hal
ini dikarenakan merupakan sebuah pembelajaran yang mampu mengubah pembelajaran
menjadi lebih efektif. Adapun sejarah singkat PAIKEM yang ada di Indonesia
sebagai berikut:
a. Pertama
kali munculnya dikenal dengan istilah PAKEM semula dikembangkan dari AJEL (Active Joyful and Effective Learning).Untuk
pertama kali di Indonesia yaitu pada tahun 1999 yang dikenal dengan istilah
PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan).Pada dasarnya landasan
teori yang digunakan adalah mengambil teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif.
b. Istilah
PAIKEM sesungguhnya dapat diketahui melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Turunan dari UU Guru dan Dosen tersebut adalah
Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan.
Dalam permendiknas tersebut telah diatur pelaksanaan sertifikasi guru melalui
penilaian portofolio dengan sepuluh komponen yang bertujuan untuk mengukur
empat kompetensi pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional. Sementara, bagi para guru yang belum lulus diwajibkan mengikuti
program kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru atau dikenal dengan
singkatan PLPG. Dalam buku rambu-rambu penyelenggaraan PLPG yang dirterbitkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 dijelaskan bahwa salah satu
materi pokok yang harus diberikan dalam PLPG adalah materi PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Oleh karenannya, sejak akhir tahun
2007 istilah PAIKEM mulai dikenal luas di Indonesia, dan menjadi rujukan utama
dalam pelaksanaan pembelajaran.
c. Sejak
beberapa tahun, beberapa proyek USAID (United
States Agency for International Development) telah berlangsung di
Indonesia, terutama di bidang pemerintahan daerah seperti: PERFORM, BIGG, dan
CLEAN. Kerjasama selanjutnya di bidang pendidikan yang berada di bawah naungan
MBE (Managing Basic Education) pada pelaksanaan MBS (Manejemen Berbasis
Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Pendidikan Dasar menjadi fokus utama
program ini, karena merupakan sektor paling besar yang harus dikelola oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota. Salah satu contoh, masyarakat sekitar SD Ngepung di
Sukapura menanam pisang untuk membantu sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
d. Lima
daerah MBE telah membuat nota kesepakatan (MOU) dengan RTI/USAID mengenai
pelaksanaan program MBE. Lokakarya manajemen pendidikan telah diadakan pada
tanggal 1 s/d 4 September 2003 di Yogyakarta. Survei manajemen pendidikan
meliputi beberapa hal, antara lain: pendanaan, perencanaan, pengelolaan guru
dan fasilitas. Lebih kurang 90% alokasi dana pendidikan digunakan untuk
membayar gaji pegawai, terutama gaji guru.
e. Kepala
sekolah, komite sekolah dan guru baru dilatih dalam penerapan MBS dan PAKEM.
Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan PAKEM adalah kurangnya tenaga pengajar.
Efektifitas kelas maksimal 20 siswa, sedangkan dalam realitanya kelas berisi +
30-35 siswa, untuk melaksanakan program PAKEM perlu diadakan kelas paralel.
Lokakarya selalu terus diadakan, selain itu pihak-pihak sekolah yang
melaksanakan program ini diusahakan dapat mengunjungi sekolah-sekolah yang
sudah melaksanakan MBS, PSM, dan PAKEM dengan baik.
f. Program
lain dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan kesehatan anak,
sehingga program SHIP (School Health Improvement Program) atau UKS terus
digalakkan hingga saat ini. Kemudian MBE menyebar lagi di lima daerah baru,
yaitu: Kota Batu dan Kota Madiun di Jawa Timur, serta Kabupaten Banyumas dan
Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah. PAKEM selain diterapkan pada pembelajaran
juga diterapkan kepada guru, yaitu mengelolah dana secara PAKEM pula.
g. MBE
sudah mulai menyebar lebih dari 900 sekolah di luar sekolah binaan, di sisi
lain pondok pesantren sudah ada yang menerapkan MBS dan PAKEM.
h. Rapat
review dan perencanaan diadakan pada tgl. 4 s/d 7 Januari 2004 di Batu untuk ke
9 daerah MBE. Dan pada tanggal 6 s/d 8 Desember 2004 dilaksanakan di Hotel
Sanur Paradise, Bali. Pada rapat tersebut MBE Project mengikuti Konferensi
Nasional PDPP-PERFORM dan akan melaksanakan workshop analisis pemetaan sekolah
di lima daerah baru (Banyumas, Kebumen, Kota Madin, Blitar dan Kota Batu) pada
awal 2005. Salah satu tujuan dari MBE adalah untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber daya pendidikan.
i.
Mulai bulan April 2005 MBE akan masuk ke
5 daerah baru di Jawa Tengah dan 6 daerah di Jawa Timur. Jawa Tengah: Kabupaten
Purbalingga, Purworejo, Semarang, Sukoharjo dan Kota Magelang. Jawa Timur:
Kabupaten Magetan, Malang, Nganjuk, Situbondo, Trenggalek, dan Kota Pasuruan.
Di setiap daerah MBE telah dilatih tim 12 orang fasilitator. Mereka dipilih
dari guru, kepala sekolah, pengawas dan pegawai pemerintah daerah.
j.
Kegiatan di 11 daerah MBE tahap ke 3
telah dimulai dengan diadakannya lokakarya orientasi. Satu prioritas USAID
Indonesia adalah pengembangan Pendidikan Dasar. USAID telah mengalokasikan
lebih dari $ 100 juta untuk menunjang program baru yang namanya ‘Developing
Basic Education’. Tahap ke 3 ini adalah terkait lokarkarya pendanaan
pendidikan. Hingga saat ini lokakarya dan pemantauan pelaksanaan MBS, PAKEM
terus dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu
contoh, Condoleezza Rice Menteri Luar Negeri Amerika Serikat berkunjung ke
Indonesia pada tanggal 14 Maret 2006 untuk melihat salah satu sekolah binaan
MBE di Jakarta yaitu MI Al-Ma'muriyah di daerah Cikini. Pelatihan MBS dan PSM
juga masih berlangsung pada tanggal 7 Maret 2006 di Kecamatan Magetan tepatnya
di Aula Cabang Dinas Pendidikan dan 8 Maret 2006 di Kecamatan Maospati di
gedung KKG (USAID).
2. Landasan Teoritis dan Hukum
Pada hakikatnya landasan teoritis PAIKEM
berasal dari pembelajaran Active Learning
atau pembelajaran aktif. Konsep ini didasari pada keyakinan bahwa hakikat
belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman, oleh si pembelajar,
terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran
(pengetahuan yang dimiliki), dan perasaan. Dengan demikian, siswa harus aktif
mencari informasi, pengalaman, maupun keterampilan tersebut, dalam rangka
membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran. Active learning menjadi starting
point mendinamisir potensi anak didik, mereka bangun dari tidurnya yang
panjang, dan menyadari bahwa mereka mempunyai potensi besar yang bias
dikembangkan semaksimal mungkin, sebagai pijakan meraih kesuksesan besar dalam
hidup masa depan. Dan “Learning is
fun” belajar itu menyenangkan
Adapun
landasan hukum pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a.
UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003
1)
Pasal 4
Pendidikan
diselenggarakan dengan member keteladanan, membenagun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Pasal
40
Menciptakan
suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
b. PP
No. 19 Tahun 2005, pasal 19
Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan.
Landasan tersebut di atas merupakan dasar bahwa guru perlu
menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM). Pada dasarnya guru sudah banyak yang mengetahui hal
tersebut, tetapi dalam penerapannya masih banyak kendala. Disinilah dibutuhkan
kemauan dan motivasi yang kuat dari guru untuk menerapkan PAIKEM di kelasnya.
3.
Definisi
PAIKEM
Dalam
rangka mencapai hasil belajar yang maksimal maka diperlukan suatu konsep
pembelajaran yang memadai dan relevan. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dapat dijadikan model alternatif dalam
proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif,
efisien, menyenangkan dan jauh dari pembelajaran yang membosankan peserta
didik. Asmani
(2011:59) menjelaskan bahwa definisi PAIKEM adalah sebuah pendekatan yang
memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan
keterampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja (learning by doing). Sementara, guru
menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan
lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Sedangkan
Hamzah dan Nurdin (2012:10) dalam bukunya yang berjudul PAILKEM menjelaskan bahwa pembelajaran ini merupakan
salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Karena
bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara: (1) pengorganisasian materi
pembelajajaran, (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, (3)
mengelola pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran
selama ini, seperti Reigeluth dan Merill yang telah meletakkan dasar-dasar
intruksional yang mengoptimalkan proses pembelajaran.
Menurut Rusman (2011:322)
PAIKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan PAIKEM, diharapkan
berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
PAIKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang
beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahaman dengan
mengutamakan belajar sambil bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar
dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Secara
garis besar pembelajaran PAIKEM dipraktekkan dengan berprinsip pada lima hal
yaitu: pertama, siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Kedua
guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Ketiga,
guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ruang khusus membaca. Keempat, guru menerapkan
cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok dan kelima, guru mendorong siswa untuk menemukan caranya
sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Menurut Marhaban (dalam Asmani 2011:
159-160) pembelajaran PAIKEM akan sangat membantu guru dalam pembelajaran yang
dijalaninya. Karena, dalam pembelajaran ini, peserta didik lebih aktif dari
gurunya. Guru hanya memberi pengarahan dan tuntunan saja, selebihnya siswa yang
bekerja menyelesaikannya.
PAIKEM yang merupakan sinonim dari
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif
dan Menarik. Secara singkat akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembelajaran Aktif
Konsep pembelajatran aktif bukanlah tujuan dari
kegiatan pembelajaran, tapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktid dalam strategi ini adalah memosisikan
guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai
fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus
aktif. Dalam proses pembelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif
antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar
lainnya. Dalam usaha pembelajaran yang aktif tersebut, siswa tidak dibebani
secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar,
tetapi mereka dapat saling bertanyadan berdiskusi sehingga beban belajar bagi
mereka sama sekali tidak terjadi. Dengan strategi pembelajaran yang aktif ini
diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki
sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka.
b. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi
pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Maksud inovatif disini adalah
dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru
sebaagi fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam
strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi
pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru
yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang
dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang dibangun
melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam
hal-hal yang sedang dia pelajari.
Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan
untuk menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika
temuan itu merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian
tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi
guru. Melalui pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang
teknologi dan mereka bisa mengiuti perkembangan teknologi yang ada sekarang ini.
Dengan demikian pembelajran diwarnai oleh hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif juga sebagai salah satu
strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dia pelajari.
Pembelajaran yang kreatif juga sangat penting dalam rangka pembentukan generasi
yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar
yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Pembelajaran yang kreatif adalah salah satu strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Pembelajaran kreatif ini pada dasarnya mengembangkan belahan otak kanan anak yang
dalam teori Hemosfir disebutkan bahwa belahan otak anak terdiri dari belahan
kiri dan kanan. Belahan kiri sifatnya konvergen dengan cirri utamanya berpikir
linier dan teratur, semamtara belahan otak kanan sifatnya difergen dengan ciri
utamanya berpikir konstruktif, kreatif dan holistik.
Pembelajaran yang kreatif menghendaki guru harus
kreatif dan siswa dapat mengembangkan kretifitasnya. Memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi dan menghasilkan karya cipta yang diperoleh melalui
pengetahuan atau pengalaman hidup serta mampu memunculkan ide-ide kreatif yang
inovatif.
d. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran
yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang ditetapkan guru
dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia
telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalaui kompetensi yang telah
ditetapkan dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa
dengan baik atau tuntas.
Dalam menerapkan strategi ini tettu tujuan yang akan
disusun dalam kompetensi dasar, indicator dan tujuan perlu mempertimbangkan
karakteristik siswa. Dengan strategi ini akan terjadi pembelajaran yang
kondusif karena guru ketika memberikan pembelajaran telah terbekali dengan
karakteristik siswa, bagaimana kemampuannya, metode apa yang cocok digunakan,
media apa yang pas digunakan serta evaluasi pembelajaran pun didasarkan pada
kemempuan siswa.
e. Pembelajaran Menarik/Menyenangkan
Muara dari strategi yang digunakan dalam pembelajaran
adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik
bagi siswa yang belajar. Pembelajaran yang menarik dalam posisi variable
pembelajaran sebagaimana diungkapkan Reigeluth (1986), Merrill(1984) menempati
hasil variable pembelajaran, selain keefektifan dan efisuensi pembelajaran.
Keefektifan lebih mengarak pada besarnya persentase
penguasaan yang dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran dalam limit
waktu tertentu, sementara efisiensi juga melihata hasil yang dicapai siswa
dengan mempertimbangkan aspek biaya atau berapa besar dana yang dikeluarkan
untuk menghasilkan persentase penguasaan, termasuk berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk hasil pembelajaran. Strategi pembelajaran yang menarik tentu
tidak akan berjalan hampa tanpa dibarengi dengan penyiapan suasana pembelajaran
yang mendorong siswa akan memperdalam apa yang dia pelajari.
Secara garis besar,
ciri-ciri PAIKEM menurut pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Jamal
Ma’mur Asmani (2011:83) adalah sebagai berikut.
a.
Siswa terlibat dalam
berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan
penekanan pada belajar melalui berbuat (learning
to do).
b.
Guru menggunakan berbagai
alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa.
c.
Guru mengatur kelas dengan
memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok
baca”.
d.
Guru menerapkan cara
mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e.
Guru mendorong siswa untuk
menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sedangkan menurut Rose dan
Nocholl (2003) dalam Jamal Ma’mur Asmani (2011:84) mengatakan bahwa ciri-ciri
pembelajaran yang menyenangkan adalah sebagai berikut.
a.
Menciptakan lingkungan tanpa
stres (rileks), yaitu lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun
dengan harapan akan mendapatkan kesuksesan yang lebih tinggi.
b.
Menjamin bahwa bahan ajar
itu relevan.
c.
Menjamin bahwa belajar
secara emosional adalah positif. Pada umumnya, hal tersebut dapat terjadi
ketika belajar dilakukan bersama orang lain, ketika ada humor dan dorongan
semangat, waktu rehat dan jeda yang teratur, serta dukungan antusias.
d.
Melibatkan secara sadar
semua indra dan otak kiri maupun kanan.
e.
Menentang peserta didik
untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang
dipelajari, dan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan
ajar.
Paikem merupakan
sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip
utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi (siswa
berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi,
lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman
belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau
melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan
kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang
mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung
dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan,
penyelidikan dan/atau wawancara). Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat,
minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya.
Adapun cirri-ciri model pembelajaran PAIKEM adalah:
1. Multi
metode dan multi media,
2. Praktik
dan bekerja dalam satu tim,
3. Memanfaatkan
lingkungsn sekitar,
4. Dilakukan
di dalam dan luar kelas,
5. Multi
aspek (ligika, praktik dan etika).
B.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Paikem
Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek
keaktifan, kreatifitas dan inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi
efektif dan menyenangkan, menuntut guru untuk menguasai berbagai metode
mengajar serta keterampilan dasar mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar
tersebut akan memberi keleluasaan untuk memilih metode yang sesuai dengan
metode yang sesuai dengan tujuan, materi, peserta didik dan aspek-aspek
lainnya, sehingga prinsip-prinsip PAIKEM dapat diterapkan secara optimal.
Prinsip-prinsip
pembelajaran PAIKEM antara lain:
1.
Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik
fisik, mental maupun emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan
lebih memberi makna kepada sisa dari pada hanya mendengarkan;
2.
Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan
terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik;
3.
Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan
terjadinya interaksi multi arah.
4. Refleksi : Kegiatan
pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah
dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
ketercapaian proses pembelajaran.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa indikator dan prinsip-prinsip
penerapan PAIKEM adalah sebagai berikut.
Indikator dan Prinsip-prinsip Penerapan PAIKEM
No.
|
Indikator Proses
|
Penjelasan
|
Metode
|
1.
|
Pekerjaan Peserta Didik (Diungkapkan
dengan bahasa/kata-kata peserta didik sendiri)
|
PAIKEM sangat mengutamakan agar peserta didik mampu
berpikir, berkata-kata, dan mengungkap sendiri.
|
Guru membimbing peserta didik dan memajang hasil karyanya
agar dapat saling belajar.
|
2.
|
Kegiatan Peserta Didik
(peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami
atau melakukan sendiri)
|
Bila peserta didik mengalami atau mengerjakan sendiri,
mereka belajar meneliti tentang apa saja.
|
Guru dan peserta didik interaktif dan hasil pekerjaan
peserta didik dipajang untuk meningkatkan motivasi.
|
3.
|
Ruangan Kelas
(penuh pajangan hasil karya peserta didik dan alt peraga
sederhana buatan guru dan peserta didik)
|
Banyak yang dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu
peserta didik saling belajar. Alat peraga yang sering dipergunakan diletakkan
strategis.
|
Pengamatan ruangan kelas dan dilihat apa saja yang
dibutuhkan untuk dipajang, di mana, dan bagaimana memajangnya.
|
4.
|
Penataan Meja dan Kursi
(Meja dan kursi tempat belajar peserta didik dapat
diatur secara fleksibel)
|
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai
cara/metode/teknik, misalnya melalui kerja kelompok, diskusi, atau aktivitas
peserta didik secara individual.
|
Diskusi, kerja kelompok, kerja mandiri, pendekatan
individual guru kepada murid yang prestasinya kurang baik, dan lain sebagainya.
|
5.
|
Suasana bebas
(Peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untuk
menyampaikan atau mengungkapkan pendapat).
|
Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara
bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain.
|
Guru dan sesama peserta didik mendengarkan dan menghargai
pendapat peserta didik lain, diskusi, dan kerja individual.
|
6.
|
Umpan Balik Guru
(guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung
memberi umpan balik agar peserta didik segera memperbaiki kesalahan).
|
Guru memberikan tugas yang mendorong peserta didik
bereksplorasi; dan guru memberikan bimbingan individual atau pun kelompok
dalam hal penyelesaian masalah.
|
Penugasan individual atau kelompok; bimbingan langsung;
dan penyelesaian masalah.
|
7.
|
Sudut Baca
(Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut
baca untuk peserta didik)
|
Sawah, lapangan, pohon, sungai, kantor Pos, Puskesmas,
stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran.
|
Observasi kelas, diskusi, dan pendekatan terhadap
orangtua.
|
8.
|
Lingkungan Sekitar
(Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran)
|
Sawah, lapangan, pohon, sungai, Kantor Pos, Puskesmas,
stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran.
|
Observasi lapangan, eksplorasi, diskusi kelompok, tugas
individual, dan lain-lain.
|
C.
Penerapan
Pembelajaran Paikem
1.
Langkah-Langkah Pembelajarn PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian
kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan
efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan
KTSP, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban
belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran
tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD
terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri
Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran
tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
a. Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan
dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode
yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi
kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab,
atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka
kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas,
tanya jawab, atau demonstrasi.
b. Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah
yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan
dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP
(Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi
diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan,
atau proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai
fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri
inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan
seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi,
eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet,
atau simulasi.
c. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur
adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran
yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan,
observasi lingkungan, atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada
pembelajaran Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme
dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating,
dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a.
karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum
memadai;
b.
sumber referensi terbatas;
c.
jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d.
alokasi waktu terbatas; dan
e.
jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan)
atau bahan banyak.
2.
PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat
digambarkan sebagai berikut:
a.
Siswa
terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b.
Guru
menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c.
Guru
mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik
dan menyediakan ‘pojok baca’
d.
Guru
menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara
belajar kelompok.
e. Guru mendorong siswa untuk menemukan
caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,
dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang
terjadi selama KBM atau pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran
tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan
keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan
kemampuan guru yang bersesuaian.
Kemampuan Guru
|
Kegiatan Belajar Mengajar
|
1.Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong
siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
|
Guru melaksanakan berbagai KBM seperti:
·
Percobaan
·
Diskusi
kelompok
·
Memecahkan
masalah
·
Mencari
informasi
·
Menulis
laporan/cerita/puisi
·
Berkunjung
keluar kelas
· Bermain peran
|
2.Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang
beragam.
|
Sesuai mata pelajaran, guru
dapat menggunakan:
·
Alat
yang tersedia atau yang dibuat sendiri
·
Gambar
·
Studi
kasus
·
Nara
sumber
· Lingkungan
|
3.Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan
|
Siswa:
·
Melakukan
percobaan, pengamatan, atau wawancara
·
Mengumpulkan
data/jawaban dan mengolahnya sendiri
·
Menarik
kesimpulan
·
Memecahkan
masalah, mencari rumus sendiri.
· Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri.
|
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
|
Melalui:
·
Diskusi
·
Lebih
banyak pertanyaan terbuka
· Hasil karya yang merupakan anak sendiri
|
5.Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar
dengan kemampuan siswa
|
·
Siswa
dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
·
Bahan
pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
· Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan.
|
6.Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa
sehari-hari.
|
·
Siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
· Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari
|
7.Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara
terus-menerus
|
·
Guru
memantau kerja siswa.
· Guru memberikan umpan balik.
|
Depdiknas:
modul pelatihan praktik yang baik hal 24.
D.
Peran Guru Dalam Pembelajaran
Paikem
1. Peran
yang Harus Dimainkan Guru
Ada
banyak peran yang harus dimain guru
dalam proses pembelajaran. Peran-peran tersebut adalah sebagai berikut.
a. Caregiver
(Pembimbing)
Predikat sebagai pembimbing bukanlah hal
yang mudah. Predikat ini erat sekali kaitannya dengan praktik keseharian.
Seseorang tidak mungkin disebut pembimbing jika dalam realisasinya tidak mampu
menjalankan tugas-tugasnya sebagai pembimbing, guru harus mampu memperlakukan
siswanya dengan respek dan sayang (atau juga cinta).
Berikut ini beberapa hal yang tidak
boleh dilakukan oleh guru kepada anak didiknya, karena akan meruntuhkan
semangat anak dalam belajar, yang akhirnya akan menggagalkan proses PAIKEM:
1) Tidak
boleh meremehkan/merendahkan siswa. Meskipun siswanya dari keluarga miskin atau
dari kampung, tidak boleh diremehkan. Semua siswa harus merasa diperlakukan
dengan respek.Guru tidak boleh membuat
salah seorang siswa sebagai bahan olok-olok atau joke (guyonan).
2) Tidak
boleh memperlakukan kurang adil terhadap sebagian siswa. Siswa-siswa harus
tidak ada merasa dianaktirikan. Semua siswa harus merasa disayang oelh gurunya.
3) Tidak
boleh membenci pada sebagian siswa. Guru tidak boleh mengeluarkan kata-kata
membenci kepada siswa.Guru dapat bersifat tegas atau bahkan keras ketika
menerapkan hukuman/sanksi.
b. Model
(Contoh)
Gerak
gerik guru sebenarnya selalu diperhatikan oleh setiap siswa. Tindak tanduk,
perilaku, dan bahkan gaya guru mengajar pun akan sulit dihilangkan damenjadi
lam ingatan setiap siswa. Lebih besar lagi, karakter guru juga selalu
diteropong sekaligus dijadikan cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya guru
akan dicontoh siswanya, baik kebiasaan buruk maupun kebiasaan bagus.
c. Mentor
(Penasihat)
Adanya
hubungan batin atau emosional antara siswa dan gurunya, menyebabkan guru harus
berperan sebagai penasihat (mentor). Pada dasarnya, guru tidak sekedar
menyampaikan pelajaran di kelas, tanpa mempedulikan apakah siswanya paham atau
tidak, seolah-olah tidak mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan siswa pandai
dalam materi pelajaran (ilmu) dan dalam menjaga nilai-nilai moralitas bangsa.
Lebih dari itu, guru harus sanggup menjadi penasihat pribadi masing-masing
siswa. Erat sekali kaitannya dengan peran pembimbing, guru harus sanggup
memberi nasihat ketika siswa membutuhkan.
Berikut ini gambaran lengkap
mangenai peran guru dan siswa dalam PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani
(2011:92) adalah.
1.
Pembelajaran aktif
a.
Guru aktif
1)
Memantau kegiatan belajar
siswa
2)
Memberi umpan balik
3)
Mengajukan pertanyaan yang
menantang
4)
Mempertanyakan gagasan siswa
b.
Siswa aktif
1)
Membangun konsep bertanya
2)
Bertanya
3)
Bekerja, terlibat, dan
berpartisipasi
4)
Menemukan dan memecahkan
masalah
5)
Mengemukakan gagasan
6)
Mempertanyakan gagasan
2.
Pembelajaran inovatif
a.
Guru inovatif
1)
Berperan sebagai fasilitator
pembelajaran
2)
Mengimplementasikan hal baru
yang cocok dengan materi
b.
Siswa inovatif
1)
Menemukan cara untuk
memperdalam materi
3.
Pembelajaran kreatif
a.
Guru kreatif
1)
Mengembangkan kegiatan yang
menarik dan beragam
2)
Membuat alat bantu belajar
3)
Memanfaatkan lingkungan
4)
Mengelola kelas dan sumber
belajar
5)
Merencanakan proses dan
hasil belajar
b.
Siswa kreatif
1)
Membuat/merancang sesuatu
2)
Menulis/mengarang
4.
Pembelajaran efektif
a.
Guru mencapai tujuan
pembelajaran
b.
Siswa mencapai kompetensi
yang diharapkan
5.
Pembelajaran menyenangkan
a.
Siswa
senang karena :
1)
Kegiatannya menarik,
menantang, dan meningkatkan motivasi
2)
Mendapat pengalaman secara
langsung
3)
Kemampuan berpikir kritis
dalam memecahkan masalah semakin meningkat
4)
Tidak membuat siswa takut
b.
Guru
senang karena mampu mengkondisikan anak agar mampu:
1)
Berani mencoba/berbuat
2)
Berani bertanya
3)
Berani memberikan
gagasan/pendapat
4)
Berani mempertanyakan
gagasan orang lain
Guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam merealisasikan
peran di atas. Gambaran PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan selama
pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang
perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut.
Agar pelaksanaan PAIKEM berjalan sebagaimana
diharapkan, John B. Biggs and Ross Telfer, dalam Anwar Fuady, menyebutkan
paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami
dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap
siswa:
a.
Memahami potensi siswa yang
tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat
dan minat mereka.
b.
Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan
bantuan jika mereka membutuhkan.
c.
Menghargai potensi siswa yang
lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka.
d.
Mendorong siswa untuk terus maju
mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi
mereka.
e.
Mengakui pekerjaan siswa dalam satu
bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain berikutnya.
f.
Menggunakan kemampuan fantasi dalam
proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.
g.
Memuji keindahan perbedaan potensi,
karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa.
h.
Mendorong dan menghargai
keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran
mandiri.
i.
Menyatakan kapada para siswa bahwa
guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator
bagi siswa.
j.
Menciptakan suasana belajar yang
kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat
belajar siswa.
k.
Mendorong terjadinya proses
pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan penemuan agar terbentuk
budaya belajar yang bermakna (meaningful
learning) pada siswa.
l.
Memberikan tes/ujian yang bisa
mendorong terjadinya umpan balik dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin
mempelajari materi lebih dalam.
Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang
diharapkan dalam pelaksanaan konsep PAIKEM jika peran para guru dalam
berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya
tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu
dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui
proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung
jawab utama para guru dalam paradigma baru pendidikan ”bukan membuat siswa belajar”
tetapi ”membuat siswa mau belajar”, dan juga ”bukan mengajarkan mata pelajaran”
tetapi ”mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran ”. Prinsip
pembelajaran yang perlu dilakukan: ”Jangan meminta siswa Anda hanya untuk
mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan
saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk
melakukannya, pasti mereka akan mengerti”.
Berbicara tentang pendekatan, model, strategi, metode,
dan teknik mana yang relevan dengan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan, pada dasarnya semua pendekatan, model, strategi,
metode, dan teknik adalah relevan dan cocok diterapkan dalam pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru hanya tinggal
menyesuaikan strategi, teknik, metode atau model mana yang akan dipilih dengan
mempertimbangkan berbagai potensi dan kemampuan yang dimiliki baik oleh
sekolah, guru, maupun siswa. Masing-masing model, strategi, teknik, dan metode memiliki
karakteristik masing-masing, termasuk kelebihan dan kekurangannya.
E.
Jenis
Penilaian Yang Sesuai Dengan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
Dan Menyenangkan (PAIKEM)
Dalam pelaksanaan konsep PAIKEM, penilaian dimaksudkan
untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses
maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan
bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output) adalah siswa mampu
menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata
Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Inilah yang disebut efektif dan
menyenangkan. Jadi, penilaian harus dilakukan dan diakui secara komulatif.
Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Ini tentu saja melibatkan Professional
Judgement dengan memperhatikan sifat obyektivitas dan keadilan. Untuk ini,
pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
merupakan pendekatan penilaian alternatif yang paling representatif untuk
menentukan keberhasilan pembelajaran Model PAIKEM.
Beberapa kriteria penilaian
yang sesuai dengan konsep PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:105) adalah
sebagai berikut.
1)
Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model PAIKEM
adalah penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai
dan dicapai.
2)
Tujuan penilaian otentik itu sendiri adalah untuk:
a.
Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu;
b.
Menentukan kebutuhan pembelajaran;
c.
Membantu dan mendorong siswa;
d.
Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih
baik;
e.
Menentukan strategi pembelajaran;
f.
Akuntabilitas lembaga; dan
g.
Meningkatkan kualitas pendidikan.
3)
Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan,
tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan
dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan
portofolio.
4)
Dalam pembelajaran, dengan pendekatan PAIKEM rangkaian
penilaian ini seyogyanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap
jenis atau bentuk penilaian tersebut memiliki beberapa kelemahan selain
keunggulan.
Proses penilaian PAIKEM harus benar-benar obyektif dan
sesuai dengan realitas yang ada. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi, karena
hanya akan menghambat proses pengembangan selanjutnya. Dengan obyektivitas yang
tinggi, evaluasi akan berjalan dengan baik dan efektif.
Tujuan penilaian
pembelajaran model PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:106) adalah sebagai
berikut.
- Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu
- Menentukan kebutuhan pembelajaran
- Membantu dan mendorong siswa
- Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
- Menentukan strategi pembelajaran
- Akuntabilitas lembaga
- Meningkatkan kualitas pendidikan
Untuk merancang dan melaksanakan
penilaian PAIKEM, harus mendasarkan pada dua hal berikut.
1) Merancang penilaian dilakukan
bersamaan dengan merancang pembelajaran tersebut. Penilaian disesuaikan dengan
pendekatan dan metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran.
2) Dalam pembelajaran dengan pendekatan
PAIKEM, penilaian dirancang sebagaimana dengan penilaian otentik. Artinya,
selama pembelajaran itu berlangsung, guru selain sebagai fasilitator juga
melakukan penilaian dengan berbagai alat sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
oleh siswa.
F.
Implementasi
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) di
Sekolah Dasar
Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa pendekatan PAIKEM diterapkan di
Indonesia, yakni: Pertama, PAIKEM lebih memungkinkan peserta didik dan guru
sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita mengenal
pembelajaran model konvensional yang dinilai hanya guru yang aktif (monologis),
sementara peserta didiknya pasif, sehingga pembelajarannya dinilai menjemukan,
kurang menarik, dan tidak menyenangkan. Kedua, PAIKEM lebih memungkinkan,
baik peserta didik maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif,
mencoba berbagai cara melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran.
Sementara peserta didik juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi dengan
sesama teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat bantunya sehingga pada
akhirnya hasil pembelajaran dapat meningkat.
Dalam
pembelajaran Model PAIKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif,
proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif
yang mudah, murah dan sederhana tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema
mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia
seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu
mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para
guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan
menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di
dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya,
guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan.
Model
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, atau yang
kita sebut dengan PAIKEM itu tidak selalu mahal. Unsur kreativitas itu bukan
terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola pikir dan
strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam
merancang dan mengajarkan materi pelajarannya. Seperti misalnya bagaimana
seorang guru sains di sebuah sekolah menggunakan alat peraga simulasi
(Holikopter) yang dibuat dari kertas karton yang diapungkan di depan kelas
dengan menggunakan sebuah blower untuk memudahkan para siswa dalam memahami
prinsip-prinsip yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut. Proses
pembelajarannya mudah dipahami dan sangat menyenangkan. Media simulasi ini
tidak dibeli sudah jadi, tetapi dirancang oleh seorang guru mata pelajaran
sains itu sendiri.
Dalam
merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk
diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar
individu peserta didik. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik
tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini
media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan adalah media
elektronik (Computer – Based Learning).
Selanjutnya skenario penyajian ’bahan ajar’ harus dengan sistem modular dengan
mengacu pada pendekatan Taksonomi Bloom. Ini dimaksudkan agar terjadi proses
pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel, tanpa harus selalu
terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru.
Tujuan akhir
mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi
sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (Kurikulum Nasional). Untuk itu
langkah/skenario penyajian pembelajaran dalam setiap topik/mata pelajaran harus
dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para
siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful
Learning).
Dalam
mendesain pembelajaran PAIKEM, menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 150) ada lima
prinsip utama yang harus diperhatikan yaitu.
1) Prinsip kesiapan dan motivasi
Dalam kegiatan belajar, siswa yang memiliki kesiapan
seperti kesiapan mental, fisik, dan motivasi tinggi maka hasil belajarnya akan
lebih baik.
2)
Prinsip penggunanan alat pemusat
perhatian
Cara yang
dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian siswa adalah :
a)
Mengkaitkan pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan
siswa.
b)
Menggunakan alat bantu pemusat perhatian misalnya
media pembelajaran dan alat peraga.
c)
Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang
dipelajari dengan topik yang sudah dipelajari.
d)
Mengunakan musik penyeling.
e)
Menciptakan suasana riang.
f)
Teknik penyajian yang bervariasi.
g)
Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.
3)
Prinsip partisipasi aktif siswa
Cara yang dapat ditempuh adalah
a)
Memberikan pertanyaan saat PBM berlangsung
b)
Mengerjakan latihan setiap akhir suatu bahasan
c)
Membuat percobaan dan memikirkan atas hipotesis yang
diajukan
d)
Membentuk kelompok belajar
e)
Menerapkan pembelajaran kontekstual, kooperatif, dan
kolaboratif.
4)
Prinsip umpan balik
Cara yang ditempuh adalah
a)
Memberikan soal kemudian membahas soal tersebut
b)
Memberikan tugas kemudian memberikan coretan atau
komentar terhadap pekerjaan siswa
5)
Prinsip pengulangan
Pengulangan dapat dilakukan dengan memperdengarkan
hasil rekaman saat guru mengajar atau memberikan tugas kepada siswa untuk
membaca buku dengan topik yang sama.
Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat dan
modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan
pembelajaran Quantum (Quantum Learning)
ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual, auditorial, dan
kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa
terletak pada indera ‘mata’ (membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu
peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar
dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada
‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan
potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang
media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan
kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.
Dalam proses pelaksanaan
PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:99), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain.
1)
Memahami sifat yang dimiliki
anak.
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak
desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak
bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu.
Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir
kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus
kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan,
tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya,
guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk
melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang
dimaksud.
2)
Mengenal anak secara
perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus
tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan
belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk
membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak,
kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut
menjadi optimal.
3)
Memanfaatkan perilaku anak
dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan
atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang.
4)
Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan
kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir
tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang
keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata
“Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5)
Mengembangkan ruang kelas
sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas
seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi
siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau
kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,
puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil
pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran
karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6)
Memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya
untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar,
tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas.
Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan
waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan
seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7)
Memberikan umpan balik yang
baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk
interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap
kekuatan daripada kelemahan siswa.
Selain itu, cara memberikan umpan balik pun
harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam
menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa
hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru
berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa
daripada hanya sekedar angka.
8)
Membedakan antara aktif
fisik dan aktif mental
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan
sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok
serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang
sebenarnya dari PAIKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut
dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab
rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan pembelajaran
PAIKEM.
G.
Model Pembelajaran yang
berorientasi pada PAIKEM
1.
Examples Non Examples
Langkah-langkah :
-
Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
-
Guru menempelkan
gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
-
Guru memberi
petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa
gambar
-
Melalui diskusi
kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas
-
Tiap kelompok
diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
-
Mulai dari
komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
ingin dicapai
-
Kesimpulan
2.
Picture And Picture
Langkah-langkah :
-
Guru
menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
-
Menyajikan
materi sebagai pengantar
-
Guru
menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
-
Guru
menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis
-
Guru menanyakan
alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
-
Dari
alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai
-
Kesimpulan/rangkuman
3.
Numered Head Together
Langkah-langkah :
-
Siswa dibagi
dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
-
Guru memberikan
tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
-
Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat
mengerjakannya/mengetahui jawabannya
-
Guru memanggil
salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama
mereka
-
Tanggapan dari
teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
-
Kesimpulan
4.
Cooperative
script
Skrip kooperatif : metode belajar
dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,
bagian-bagian dari materi yang dipelajari. (Dansereau CS., 1985)
Langkah-langkah
:
-
Guru membagi siswa untuk berpasangan
-
Guru membagikan wacana/materi tiap siswa
untuk dibaca dan membuat ringkasan
-
Guru dan siswa menetapkan siapa yang
pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
-
Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara
pendengar :
·
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan
ide-ide pokok yang kurang lengkap
·
Membantu
mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan materi lainnya
-
Bertukar peran, semula sebagai pembicara
ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
-
Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan
Guru
-
Penutup
5.
Kepala
Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
-
Siswa dibagi
dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
-
Penugasan
diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang
berangkai
Misalnya : siswa nomor
satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor
tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
-
Jika perlu, guru
bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya
dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka
-
Laporkan hasil
dan tanggapan dari kelompok yang lain
-
Kesimpulan
6.
Student
Teams-Achievement Divisions (STAD)
Tim Siswa Kelompok Prestasi
(SLAVIN, 1995)
Langkah-langkah :
-
Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran
menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
-
Guru menyajikan pelajaran
-
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota
dalam kelompok itu mengerti.
-
Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu
-
Memberi evaluasi
-
Kesimpulan
7.
Jigsaw (Model Tim Ahli)
Aronson, Blaney, Stephen,
Sikes, and Snapp (1978)
Langkah-langkah :
-
Siswa
dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
-
Tiap orang dalam
tim diberi bagian materi yang berbeda
-
Tiap orang dalam
tim diberi bagian materi yang ditugaskan
-
Anggota dari tim
yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
-
Setelah selesai
diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian
mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
-
Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi
-
Guru memberi
evaluasi
-
Penutup
8.
Problem
Based Introductuon
(PBI)
Langkah-langkah :
-
Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
-
Guru membantu
siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
-
Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
-
Guru membantu
siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
-
Guru membantu
siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan
H.
Kendala
Dan Tips Dalam Aplikasi PAIKEM
Menurut
Asmani (2011:191) beberapa kendala dan tips dalam aplikasi pembelajaran PAIKEM yaitu:
1.
Kendala dalam PAIKEM
a.
SDM Guru
Dalam penerapan PAIKEM, dibutuhkan guru yang kreatif,
yaitu guru yang mampu mencari celah ditengah keterbatasan, kepenatan dan
kejenuhan siswa. Guru kreatif mampu menyegarkan suasana, membangkitkan semangat
dan memompa potensi siswa. Guru kreatif mampu menyuguhkan variasi pendekatan
strategi yang dinamis, kontekstual dan produktif. Ironisnya, mayoritas guru
masih banyak yang jauh dari kategori kreatif ini. Mereka lebih suka menempatkan
siswa sebagai objek, tidak memberikan ruang diskusi interaktif dan hamya
berpikir menuntaskan target kurikulum, tanpa melihat daya serap anak didik.
b. Siswa Pasif
PAKEM membutuhkan mentalitas siswa yang aktif, kritis,
analitis dan responsive. Dengan mentalitas seperti ini, pembelajaran akan berjalan
dengan gayeng , berkualitas dan penuh
makna. Siswa semakin kaya akan pengetahuan, wacana dan informasi. Kedewasaan
dan kematangan akan tumbuh dalam berdiskusi.
Mayoritas siswa dinegeri ini masih termasuk kategori
pasif. Mereka belum terbiasa untuk bertanya, berdiskusi dan berdebat. Ini tidak
lepas dari fakta selama ini bahwa sekolah bukan lembaga yang menyamai berpikir
kritis, analitis dan solutif.
c. Sarana dan Prasarana
PAKEM membutuhkan sarana prasarana yang
representative. Pengaturan ruang mempunyai pengaruh besar dalam menciptakan
animo dan antusiasme guru dan siswa. Dengan ruangan yang dikondisikan, secaar
psikologis guru dan siswa akan bergerak motivasi untuk mempraktikannya. Tanpa
sarana dan prasarana sebenarnya PAKEM bisa dilaksanakan, tergantung kreativitas
guru, namun hasilnya lebih memuaskan apabila ada sarana prasarana yang
mendukung.
d. Lemahnya Pengawasan
Guru membutuhkan pengawasan dalam pengajarannya. Dalam
aplikasi PAIKEM, pengawasan harus lebih ditingkatkan. Dengan adanya pengawasan
langsung, guru akan terdorong untuk menerapkan PAIKEM dengan baik.
e. Manajemen kurang mendukung
Manajemen tertutup, sentralistik dan dictator sudah
harus dihilangkan dalam model manajemen modern sekarang ini. Karena tidak mampu
mengembangkan kretativitas dan menghambat lahirnya inovasi spektakuler yang
lainnya.
f. Anggaran
Memang harus diakui, anggaran menjadi masalah klasik
didunia pendidikan, khususnya kalangan swasta yang tidak kreatif dan inovatif
dalam mencari trobosan dana. Berbeda halnya dengan kalangan swasta yang
progresif dalam mengembangkan aspek ekonomi. Mereka dengan leluasa merespon
setiap perkembangan dan perubahan dengan cepat dan akurat.
2. Tips
dalam aplikasi PAIKEM
a. Memprioritaskan
Pelatihan Guru
Ujung tombak PAIKEM adalah guru. Ditangan gurulah
terletak efektif tidaknya PAIKEM. Oleh sebab itu, langkah yang pertama dan
utama untuk meyukseskan program ini adalah mengadakan pelatihan guru secara
intensif dan ektensif.
b. Optimalisasi
Microteaching
Microteaching
menjadi trobosan progresif dalam pengajaran.
Microteaching ini bisa dijadikan eksperimentasi PAIKEM.
c. Mencoba Teamteaching
Teamteaching adalah sisten mengajar yang diasuh oleh
beberapa guru yang mempunyai keahlian mendalam (tim). Misalnya IPA diasuh oleh
2 guru, yang satu menerangkandan yang lainnya mengamati dalam kelas untuk
melihat respons siswa dan berusaha menggugah semangat belajar siswa.
d. Menerapkan Moving
Class
Moving class adalah system pembelajaran di mana siswa
harus berpindah-pindah kelas, sesuai pelajaran yang diajarkan. Siswa perlu
suasana, tempat dan kondisi baru sehingga tidak jenuh.
e. Berlatih Membuat Ice Breaker
Salah satu cirri PAIKEM adalah menyenangkan. Oleh
karena itu, guru harus mampu membuat suasana gembira, misalnya dengan membuat
ice breaker (pemecah kebekuan) agar suasana menjadi cair, humoris dan tidak
tegang.
f. Membuat Diktat Praktis
Ketika
menyusun diktat, guru harus menulisnya denga gaya PAIKEM, yaitu diktat yang
bisa menjadi panduan pembelajran interaktif, menyenangkan dan mempunyai
kualitas tinggi.
g. Sedikit Bicara Banyak Diamnya
Guru yang baik adalah guru yang sedikit bicara banyak
diamnya. Sedangkan siswa yang baik adalah yang banyak bicara, sedikit diamnya.
Artinya, guru berusaha menahan diri untuk tidak banyak berbicara. Biarkan
siswa-siswa mengekspresikan gagasan dan pemikirannya secara leluasa.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
PAIKEM merupakan sinonim dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.
PAIKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan
siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap
dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja, guru menggunakan
berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
PAIKEM memiliki lima pilar utama yaitu pembelajaran yang aktif,
pembelajaran yang inovatif, pembelajaran yang kreatif, pembelajaran yang
kreatif, dan pembelajaran yang menyenangkan.
Secara garis besar, ciri-ciri PAIKEM menurut pelatihan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dalam Jamal Ma’mur Asmani (2011:83) adalah sebagai berikut.
1.
Siswa terlibat dalam
berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan
penekanan pada belajar melalui berbuat (learning
to do).
2.
Guru menggunakan berbagai
alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa.
3.
Guru mengatur kelas dengan
memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok
baca”.
4.
Guru menerapkan cara
mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.
Guru mendorong siswa untuk
menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sekurang-kurangnya ada empat
prinsip atau komponen PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:123) yang dapat
didentifikasi, yaitu:
1.
Mengalami
2.
Interaksi
3.
Komunikasi
4.
Refleksi
Dalam PAIKEM, aktor utamanya
adalah guru dan siswa. Keduanya ada dalam interaksi yang dinamis dan
kontekstual. Jika keduanya pasif, tidak inovatif, dan tidak kreatif maka PAIKEM
tidak dapat berjalan sesuai dengan koridornya.
Proses penilaian PAIKEM harus benar-benar obyektif dan
sesuai dengan realitas yang ada. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi, karena
hanya akan menghambat proses pengembangan selanjutnya. Dengan obyektivitas yang
tinggi, evaluasi akan berjalan dengan baik dan efektif.
Dalam proses pelaksanaan
PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:99), ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain.
1.
Memahami sifat yang dimiliki
anak.
2.
Mengenal anak secara
perorangan
3.
Memanfaatkan perilaku anak
dalam pengorganisasian belajar
4.
Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah
5.
Mengembangkan ruang kelas
sebagai lingkungan belajar yang menarik
6.
Memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar
7.
Memberikan umpan balik yang
baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
8.
Membedakan antara aktif
fisik dan aktif mental
B.
Saran
Semoga makalah ini
bermanfaat dan menjadi rujukan atau panduan dalam implementasi PAIKEM dalam
proses pembelajaran. Kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Yogyakarta: Diva Press.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Suyanto, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.
Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Tim Pengembang
MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung: Rajagrafindo Persada.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Uno, Hamzah. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM.
Jakarta: Bumi Aksara.
Fuady, Anwar. 2011. Peran Guru dalam Pembelajaran PAKEM.
Dalam http://www.sekolahdasar.net/2011/07/peran-guru-dalam-pembelajaran-pakem.
html. Diakses pada tanggal
22 Februari 2012.
wordpress.com/2008/01/22/konsep-pakem/
diakses pada tanggal 22 Februari 2012.