Selasa, 30 April 2013

PAIKEM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung dari proses pendidikan. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula, demikian pula sebaliknya.
Menurut MKDP (2012: 146) di dalam kata pembelajaran ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dengan definisi seperti ini, kata pengajaran lingkupnya lebih sempit dibanding kata pembelajaran.
Pemaknaan mengenai strategi menurut para ahli diatas yang pada umumnya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan garis-garis besar, pola-pola umum, rencana/langkah-langkah terencana, memunculkan permasalahan bagaimana strategi yang sifatnya luas dan absrak bisa diimplementasikan. Cara merealisasikan atau mengimplementasikan inilah yang menurut Sanjaya (2010: 126) dinamakan dengan metode. Jadi dapat diartikan strategi sebagai rencana dan metode sebagai cara melaksanakan strategi dalam pembelajaran.
Selain strategi dan metode, istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi yaitu pendekatan. Menurut Sanjaya (2010: 127) “Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kapada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum”. Hal ini menjelaskan pendekatan lebih luas cakupannya dari pada strategi. Bahkan juga dikatakan strategi dan metode dapat bersumber dari pendekatan tertentu. Strategi merupakan garis-garis besar, pola-pola umum, rencana/langkah-langkah terencana yang perlu dieraliasasikan dengan metode.
Dalam proses pembelajaran seorang guru harus pintar memilih strategi pembelajaran, karena strategi pembelajaran menentukan jalannya pembelajaran yang aktif. Menurut Uno, B. Hamzah dan Nurdin Muhamad (2012: 4) Pemilihan strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu hal yang penting yang harus dipahami oleh setiap guru, mengingat proses pembelajaran merupakan proses komunikasi multiarah antarsiswa, guru dan lingkungan belajar. Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang akan dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, (b) analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan (c) jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.
Pada bergagai situasi proses pembelajaran seringkali digunakan istilah yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menjelaskan cara, tahapan atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah strategis, metode, atau teknik sering digunakan secara bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Apabila dikaji kembali, definisi strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh berbagai ahli, jelas disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/atau prosedur dan teknik yang akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi pembelajaran mengandung arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya metode/atau prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.
Pada kenyataan dilapangan hasil belajar siswa selama ini masih kurang dan belum sesuai dengan yang diharapkan, baik secara intelektual maupun sikap. Siswa belum mencapai tahap kompetensi yang ideal. Oleh karena itu perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan mencoba membahas Model PAIKEM karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Hakikat pembelajaran PAIKEM?
2.      Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM?
3.      Bagaimana penerapan pembelajaran PAIKEM?
4.      Bagaimana peran Guru dalam pembelajaran PAIKEM?
5.      Bagaimana penilaian dalam pembelajaran PAIKEM?
6.      Bagaimana Implementasi Pembelajaran PAIKEM di SD?
7.      Apa metode dalam pembelajaran PAIKEM?
8.      Bagaimana kendala dan tips dalam aplikasi PAIKEM?

C.    Tujuan
1.      Memahami Hakikat pembelajaran PAIKEM?
2.      Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM?
3.      Memahami penerapan pembelajaran PAIKEM?
4.      Mengetahui peran Guru dalam pembelajaran PAIKEM?
5.      Memahami penilaian dalam pembelajaran PAIKEM?
6.      Memahami Implementasi Pembelajaran PAIKEM di SD?
7.      Mengetahui metode dalam pembelajaran PAIKEM?
8.      Mengetahui  kendala dan tips dalam aplikasi PAIKEM?

D.    Prosedur Pemecahan Masalah
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan, dimana dalam penulisan makalah ini penyusun mencari beberapa sumber baik dari buku–buku yang ada atau referensi yang lain (media massa ataupun media elektronik), sebagai penunjang dan pelengkap isi makalah ini.

E.     Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah terdiri dari; kata pengantar, daftar isi, bab I pendahuluan, bab II materi yang dibahas (pembelajaran PAIKEM). Bab III penutup dan daftar pustaka.
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Pembahasan terdiri dari Hakikat pembelajaran PAIKEM, prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM, penerapan pembelajaran PAIKEM, peran guru dalam pembelajaran PAIKEM, jenis penilaian yang sesuai dengan pembelajaran PAIKEM, implementasi pembelajaran PAIKEM di SD, metode pembelajaran PAIKEM dan kendala serta tips dalam aplikasi PAIKEM. Bab III Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat PAIKEM
1.      Sejarah PAIKEM
Pada makalah ini penulis fokuskan pembahasan pada PAIKEM yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Namun tidak ada salahnya kita mengetahui sejarah awal mula munculnya pembelajaran ini.
Awal mulanya dikenal dengan nama PAKEM yaitu Pembelajaran Aktif,  Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan kemudian berkembang penamaannya menjadi PAIKEM penambahan kata Inovatif, kemudian kita juga mengenal PAIKEM Gembrot (gembira dan berbobot) dan sekarang juga dikenal dengan PAILKEM dengan penambahan kata Lingkungan. Ini membuktikan bahwa pembelajaran ini telah berkembang pesat di Indonesia sampai saat ini, hal ini dikarenakan merupakan sebuah pembelajaran yang mampu mengubah pembelajaran menjadi lebih efektif. Adapun sejarah singkat PAIKEM yang ada di Indonesia sebagai berikut:
a.       Pertama kali munculnya dikenal dengan istilah PAKEM semula dikembangkan dari AJEL (Active Joyful and Effective Learning).Untuk pertama kali di Indonesia yaitu pada tahun 1999 yang dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif dan Menyenangkan).Pada dasarnya landasan teori yang digunakan adalah mengambil teori-teori tentang active learning atau pembelajaran aktif.
b.      Istilah PAIKEM sesungguhnya dapat diketahui melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Turunan dari UU Guru dan Dosen tersebut adalah Permendiknas  Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Dalam permendiknas tersebut telah diatur pelaksanaan sertifikasi guru melalui penilaian portofolio dengan sepuluh komponen yang bertujuan untuk mengukur empat kompetensi pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Sementara, bagi para guru yang belum lulus diwajibkan mengikuti program kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru atau dikenal dengan singkatan PLPG. Dalam buku rambu-rambu penyelenggaraan PLPG yang dirterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007 dijelaskan bahwa salah satu materi pokok yang harus diberikan dalam PLPG adalah materi PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Oleh karenannya, sejak akhir tahun 2007 istilah PAIKEM mulai dikenal luas di Indonesia, dan menjadi rujukan utama dalam pelaksanaan pembelajaran.
c.       Sejak beberapa tahun, beberapa proyek USAID (United States Agency for International Development) telah berlangsung di Indonesia, terutama di bidang pemerintahan daerah seperti: PERFORM, BIGG, dan CLEAN. Kerjasama selanjutnya di bidang pendidikan yang berada di bawah naungan MBE (Managing Basic Education) pada pelaksanaan MBS (Manejemen Berbasis Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Pendidikan Dasar menjadi fokus utama program ini, karena merupakan sektor paling besar yang harus dikelola oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Salah satu contoh, masyarakat sekitar SD Ngepung di Sukapura menanam pisang untuk membantu sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
d.      Lima daerah MBE telah membuat nota kesepakatan (MOU) dengan RTI/USAID mengenai pelaksanaan program MBE. Lokakarya manajemen pendidikan telah diadakan pada tanggal 1 s/d 4 September 2003 di Yogyakarta. Survei manajemen pendidikan meliputi beberapa hal, antara lain: pendanaan, perencanaan, pengelolaan guru dan fasilitas. Lebih kurang 90% alokasi dana pendidikan digunakan untuk membayar gaji pegawai, terutama gaji guru.
e.       Kepala sekolah, komite sekolah dan guru baru dilatih dalam penerapan MBS dan PAKEM. Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan PAKEM adalah kurangnya tenaga pengajar. Efektifitas kelas maksimal 20 siswa, sedangkan dalam realitanya kelas berisi + 30-35 siswa, untuk melaksanakan program PAKEM perlu diadakan kelas paralel. Lokakarya selalu terus diadakan, selain itu pihak-pihak sekolah yang melaksanakan program ini diusahakan dapat mengunjungi sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan MBS, PSM, dan PAKEM dengan baik.
f.       Program lain dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah meningkatkan kesehatan anak, sehingga program SHIP (School Health Improvement Program) atau UKS terus digalakkan hingga saat ini. Kemudian MBE menyebar lagi di lima daerah baru, yaitu: Kota Batu dan Kota Madiun di Jawa Timur, serta Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah. PAKEM selain diterapkan pada pembelajaran juga diterapkan kepada guru, yaitu mengelolah dana secara PAKEM pula.
g.      MBE sudah mulai menyebar lebih dari 900 sekolah di luar sekolah binaan, di sisi lain pondok pesantren sudah ada yang menerapkan MBS dan PAKEM.
h.      Rapat review dan perencanaan diadakan pada tgl. 4 s/d 7 Januari 2004 di Batu untuk ke 9 daerah MBE. Dan pada tanggal 6 s/d 8 Desember 2004 dilaksanakan di Hotel Sanur Paradise, Bali. Pada rapat tersebut MBE Project mengikuti Konferensi Nasional PDPP-PERFORM dan akan melaksanakan workshop analisis pemetaan sekolah di lima daerah baru (Banyumas, Kebumen, Kota Madin, Blitar dan Kota Batu) pada awal 2005. Salah satu tujuan dari MBE adalah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan.
i.        Mulai bulan April 2005 MBE akan masuk ke 5 daerah baru di Jawa Tengah dan 6 daerah di Jawa Timur. Jawa Tengah: Kabupaten Purbalingga, Purworejo, Semarang, Sukoharjo dan Kota Magelang. Jawa Timur: Kabupaten Magetan, Malang, Nganjuk, Situbondo, Trenggalek, dan Kota Pasuruan. Di setiap daerah MBE telah dilatih tim 12 orang fasilitator. Mereka dipilih dari guru, kepala sekolah, pengawas dan pegawai pemerintah daerah.
j.        Kegiatan di 11 daerah MBE tahap ke 3 telah dimulai dengan diadakannya lokakarya orientasi. Satu prioritas USAID Indonesia adalah pengembangan Pendidikan Dasar. USAID telah mengalokasikan lebih dari $ 100 juta untuk menunjang program baru yang namanya ‘Developing Basic Education’. Tahap ke 3 ini adalah terkait lokarkarya pendanaan pendidikan. Hingga saat ini lokakarya dan pemantauan pelaksanaan MBS, PAKEM terus dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu contoh, Condoleezza Rice Menteri Luar Negeri Amerika Serikat berkunjung ke Indonesia pada tanggal 14 Maret 2006 untuk melihat salah satu sekolah binaan MBE di Jakarta yaitu MI Al-Ma'muriyah di daerah Cikini. Pelatihan MBS dan PSM juga masih berlangsung pada tanggal 7 Maret 2006 di Kecamatan Magetan tepatnya di Aula Cabang Dinas Pendidikan dan 8 Maret 2006 di Kecamatan Maospati di gedung KKG (USAID).

2.      Landasan Teoritis dan Hukum
Pada hakikatnya landasan teoritis PAIKEM berasal dari pembelajaran Active Learning atau pembelajaran aktif. Konsep ini didasari pada keyakinan bahwa hakikat belajar adalah proses membangun makna atau pemahaman, oleh si pembelajar, terhadap pengalaman dan informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan yang dimiliki), dan perasaan. Dengan demikian, siswa harus aktif mencari informasi, pengalaman, maupun keterampilan tersebut, dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses pembelajaran. Active learning menjadi starting point mendinamisir potensi anak didik, mereka bangun dari tidurnya yang panjang, dan menyadari bahwa mereka mempunyai potensi besar yang bias dikembangkan semaksimal mungkin, sebagai pijakan meraih kesuksesan besar dalam hidup masa depan. Dan “Learning is fun” belajar itu menyenangkan
Adapun landasan hukum pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a. UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003
1)      Pasal 4
Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membenagun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
2)      Pasal 40
Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis.
b.      PP No. 19 Tahun 2005, pasal 19
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan.
Landasan tersebut di atas merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Pada dasarnya guru sudah banyak yang mengetahui hal tersebut, tetapi dalam penerapannya masih banyak kendala. Disinilah dibutuhkan kemauan dan motivasi yang kuat dari guru untuk menerapkan PAIKEM di kelasnya.

3.      Definisi  PAIKEM
Dalam rangka mencapai hasil belajar yang maksimal maka diperlukan suatu konsep pembelajaran yang memadai dan relevan. PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) dapat dijadikan model alternatif dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif, efisien, menyenangkan dan jauh dari pembelajaran yang membosankan peserta didik. Asmani (2011:59) menjelaskan bahwa definisi PAIKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja (learning by doing). Sementara, guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan, supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Sedangkan Hamzah dan Nurdin (2012:10) dalam bukunya yang berjudul PAILKEM  menjelaskan bahwa pembelajaran ini merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Karena bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara: (1) pengorganisasian materi pembelajajaran, (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, (3) mengelola pembelajaran sebagaimana yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran selama ini, seperti Reigeluth dan Merill yang telah meletakkan dasar-dasar intruksional yang mengoptimalkan proses pembelajaran.
Menurut Rusman (2011:322) PAIKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan PAIKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa PAIKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. 
Secara garis besar pembelajaran PAIKEM dipraktekkan dengan berprinsip pada lima hal yaitu: pertama, siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Kedua guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Ketiga, guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ruang khusus membaca. Keempat, guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dan kelima, guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Menurut Marhaban (dalam Asmani 2011: 159-160) pembelajaran PAIKEM akan sangat membantu guru dalam pembelajaran yang dijalaninya. Karena, dalam pembelajaran ini, peserta didik lebih aktif dari gurunya. Guru hanya memberi pengarahan dan tuntunan saja, selebihnya siswa yang bekerja menyelesaikannya.
        PAIKEM yang merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif  dan Menarik. Secara singkat akan dijelaskan sebagai berikut:
a.       Pembelajaran Aktif
Konsep pembelajatran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktid dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif. Dalam proses pembelajaran yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Dalam usaha pembelajaran yang aktif tersebut, siswa tidak dibebani secara perseorangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi mereka dapat saling bertanyadan berdiskusi sehingga beban belajar bagi mereka sama sekali tidak terjadi. Dengan strategi pembelajaran yang aktif ini diharapkan akan tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki sehingga pada akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka.
b.      Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebaagi fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang dibangun melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dia pelajari.
Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta tentang teknologi dan mereka bisa mengiuti perkembangan teknologi yang ada sekarang ini. Dengan demikian pembelajran diwarnai oleh hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.       Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif juga sebagai salah satu strategi yang mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dia pelajari. Pembelajaran yang kreatif juga sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Pembelajaran yang kreatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran kreatif ini pada dasarnya mengembangkan belahan otak kanan anak yang dalam teori Hemosfir disebutkan bahwa belahan otak anak terdiri dari belahan kiri dan kanan. Belahan kiri sifatnya konvergen dengan cirri utamanya berpikir linier dan teratur, semamtara belahan otak kanan sifatnya difergen dengan ciri utamanya berpikir konstruktif, kreatif dan holistik.
Pembelajaran yang kreatif menghendaki guru harus kreatif dan siswa dapat mengembangkan kretifitasnya. Memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dan menghasilkan karya cipta yang diperoleh melalui pengetahuan atau pengalaman hidup serta mampu memunculkan ide-ide kreatif yang inovatif. 
d.      Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang ditetapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalaui kompetensi yang telah ditetapkan dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas.
Dalam menerapkan strategi ini tettu tujuan yang akan disusun dalam kompetensi dasar, indicator dan tujuan perlu mempertimbangkan karakteristik siswa. Dengan strategi ini akan terjadi pembelajaran yang kondusif karena guru ketika memberikan pembelajaran telah terbekali dengan karakteristik siswa, bagaimana kemampuannya, metode apa yang cocok digunakan, media apa yang pas digunakan serta evaluasi pembelajaran pun didasarkan pada kemempuan siswa.
e.       Pembelajaran Menarik/Menyenangkan
Muara dari strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar. Pembelajaran yang menarik dalam posisi variable pembelajaran sebagaimana diungkapkan Reigeluth (1986), Merrill(1984) menempati hasil variable pembelajaran, selain keefektifan dan efisuensi pembelajaran.
Keefektifan lebih mengarak pada besarnya persentase penguasaan yang dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran dalam limit waktu tertentu, sementara efisiensi juga melihata hasil yang dicapai siswa dengan mempertimbangkan aspek biaya atau berapa besar dana yang dikeluarkan untuk menghasilkan persentase penguasaan, termasuk berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk hasil pembelajaran. Strategi pembelajaran yang menarik tentu tidak akan berjalan hampa tanpa dibarengi dengan penyiapan suasana pembelajaran yang mendorong siswa akan memperdalam apa yang dia pelajari.
Secara garis besar, ciri-ciri PAIKEM menurut pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Jamal Ma’mur Asmani (2011:83) adalah sebagai berikut.
a.       Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning to do).
b.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c.       Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
d.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e.       Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sedangkan menurut Rose dan Nocholl (2003) dalam Jamal Ma’mur Asmani (2011:84) mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah sebagai berikut.
a.       Menciptakan lingkungan tanpa stres (rileks), yaitu lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun dengan harapan akan mendapatkan kesuksesan yang lebih tinggi.
b.      Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan.
c.       Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif. Pada umumnya, hal tersebut dapat terjadi ketika belajar dilakukan bersama orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan jeda yang teratur, serta dukungan antusias.
d.      Melibatkan secara sadar semua indra dan otak kiri maupun kanan.
e.       Menentang peserta didik untuk dapat berpikir jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari, dan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
Paikem merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara). Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya.
Adapun cirri-ciri model pembelajaran PAIKEM adalah:
1.      Multi metode dan multi media,
2.      Praktik dan bekerja dalam satu tim,
3.      Memanfaatkan lingkungsn sekitar,
4.      Dilakukan di dalam dan luar kelas,
5.      Multi aspek (ligika, praktik dan etika).

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Paikem
Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek keaktifan, kreatifitas dan inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan, menuntut guru untuk menguasai berbagai metode mengajar serta keterampilan dasar mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan memberi keleluasaan untuk memilih metode yang sesuai dengan metode yang sesuai dengan tujuan, materi, peserta didik dan aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-prinsip PAIKEM dapat diterapkan secara optimal.
Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain:
1.      Mengalami : Peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih memberi makna kepada sisa dari pada hanya mendengarkan;
2.      Komunikasi : Kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik;
3.      Interaksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah.
4.      Refleksi : Kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian proses pembelajaran.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa indikator dan prinsip-prinsip penerapan PAIKEM adalah sebagai berikut.
Indikator dan Prinsip-prinsip Penerapan PAIKEM
No.
Indikator Proses
Penjelasan
Metode
1.
Pekerjaan Peserta Didik (Diungkapkan dengan bahasa/kata-kata peserta didik sendiri)
PAIKEM sangat mengutamakan agar peserta didik mampu berpikir, berkata-kata, dan mengungkap sendiri.
Guru membimbing peserta didik dan memajang hasil karyanya agar dapat saling belajar.
2.
Kegiatan Peserta Didik
(peserta didik banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri)
Bila peserta didik mengalami atau mengerjakan sendiri, mereka belajar meneliti tentang apa saja.
Guru dan peserta didik interaktif dan hasil pekerjaan peserta didik dipajang untuk meningkatkan motivasi.
3.
Ruangan Kelas
(penuh pajangan hasil karya peserta didik dan alt peraga sederhana buatan guru dan peserta didik)
Banyak yang dipajang di kelas dan dari pajangan hasil itu peserta didik saling belajar. Alat peraga yang sering dipergunakan diletakkan strategis.
Pengamatan ruangan kelas dan dilihat apa saja yang dibutuhkan untuk dipajang, di mana, dan bagaimana memajangnya.
4.
Penataan Meja dan Kursi
(Meja dan kursi tempat belajar peserta didik dapat diatur  secara fleksibel)
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai cara/metode/teknik, misalnya melalui kerja kelompok, diskusi, atau aktivitas peserta didik secara individual.
Diskusi, kerja kelompok, kerja mandiri, pendekatan individual guru kepada murid yang prestasinya kurang baik, dan lain sebagainya.
5.
Suasana bebas
(Peserta didik memiliki dukungan suasana bebas untuk menyampaikan atau mengungkapkan pendapat).
Peserta didik dilatih untuk mengungkapkan pendapat secara bebas, baik dalam diskusi, tulisan, maupun kegiatan lain.
Guru dan sesama peserta didik mendengarkan dan menghargai pendapat peserta didik lain, diskusi, dan kerja individual.
6.
Umpan Balik Guru
(guru memberi tugas yang bervariasi dan secara langsung memberi umpan balik agar peserta didik segera memperbaiki kesalahan).
Guru memberikan tugas yang mendorong peserta didik bereksplorasi; dan guru memberikan bimbingan individual atau pun kelompok dalam hal penyelesaian masalah.
Penugasan individual atau kelompok; bimbingan langsung; dan penyelesaian masalah.
7.
Sudut Baca
(Sudut kelas sangat baik bila diciptakan sebagai sudut baca untuk peserta didik)
Sawah, lapangan, pohon, sungai, kantor Pos, Puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran.
Observasi kelas, diskusi, dan pendekatan terhadap orangtua.
8.
Lingkungan Sekitar
(Lingkungan sekitar sekolah dijadikan media pembelajaran)
Sawah, lapangan, pohon, sungai, Kantor Pos, Puskesmas, stasiun dan lain-lain dioptimalkan pemanfaatannya untuk pembelajaran.
Observasi lapangan, eksplorasi, diskusi kelompok, tugas individual, dan lain-lain.

C.    Penerapan Pembelajaran Paikem
1.      Langkah-Langkah Pembelajarn PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
a.       Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.
b.      Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
c.       Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a.       karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b.      sumber referensi terbatas;
c.       jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d.      alokasi waktu terbatas; dan
e.       jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau bahan banyak.
2.      PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b.      Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c.       Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
d.      Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e.       Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM atau pembelajaran di kelas. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang bersesuaian.
Kemampuan Guru
Kegiatan Belajar Mengajar
1.Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melaksanakan berbagai KBM seperti:
·      Percobaan
·      Diskusi kelompok
·      Memecahkan masalah
·      Mencari informasi
·      Menulis laporan/cerita/puisi
·      Berkunjung keluar kelas
·      Bermain peran
2.Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru dapat menggunakan:
·      Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
·      Gambar
·      Studi kasus
·      Nara sumber
·      Lingkungan
3.Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
Siswa:
·      Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
·      Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
·      Menarik kesimpulan
·      Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.
·      Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri.
4.   Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan
Melalui:
·      Diskusi
·      Lebih banyak pertanyaan terbuka
·      Hasil karya yang merupakan anak sendiri
5.Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
·      Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
·      Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
·      Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan.
6.Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari.
·      Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
·      Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
7.Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
·      Guru memantau kerja siswa.
·      Guru memberikan umpan balik.
Depdiknas: modul pelatihan praktik yang baik hal 24.

D.     Peran Guru Dalam Pembelajaran Paikem
1.      Peran yang Harus Dimainkan Guru
Ada banyak peran yang harus  dimain guru dalam proses pembelajaran. Peran-peran tersebut adalah  sebagai berikut.
a.       Caregiver (Pembimbing)
Predikat sebagai pembimbing bukanlah hal yang mudah. Predikat ini erat sekali kaitannya dengan praktik keseharian. Seseorang tidak mungkin disebut pembimbing jika dalam realisasinya tidak mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai pembimbing, guru harus mampu memperlakukan siswanya dengan respek dan sayang (atau juga cinta).
Berikut ini beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh guru kepada anak didiknya, karena akan meruntuhkan semangat anak dalam belajar, yang akhirnya akan menggagalkan proses PAIKEM:
1)      Tidak boleh meremehkan/merendahkan siswa. Meskipun siswanya dari keluarga miskin atau dari kampung, tidak boleh diremehkan. Semua siswa harus merasa diperlakukan dengan respek.Guru  tidak boleh membuat salah seorang siswa sebagai bahan olok-olok atau joke (guyonan).
2)      Tidak boleh memperlakukan kurang adil terhadap sebagian siswa. Siswa-siswa harus tidak ada merasa dianaktirikan. Semua siswa harus merasa disayang oelh gurunya.
3)      Tidak boleh membenci pada sebagian siswa. Guru tidak boleh mengeluarkan kata-kata membenci kepada siswa.Guru dapat bersifat tegas atau bahkan keras ketika menerapkan hukuman/sanksi.
b.      Model (Contoh)
Gerak gerik guru sebenarnya selalu diperhatikan oleh setiap siswa. Tindak tanduk, perilaku, dan bahkan gaya guru mengajar pun akan sulit dihilangkan damenjadi lam ingatan setiap siswa. Lebih besar lagi, karakter guru juga selalu diteropong sekaligus dijadikan cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya guru akan dicontoh siswanya, baik kebiasaan buruk maupun kebiasaan bagus.
c.       Mentor (Penasihat)
Adanya hubungan batin atau emosional antara siswa dan gurunya, menyebabkan guru harus berperan sebagai penasihat (mentor). Pada dasarnya, guru tidak sekedar menyampaikan pelajaran di kelas, tanpa mempedulikan apakah siswanya paham atau tidak, seolah-olah tidak mempunyai tanggung jawab untuk menjadikan siswa pandai dalam materi pelajaran (ilmu) dan dalam menjaga nilai-nilai moralitas bangsa. Lebih dari itu, guru harus sanggup menjadi penasihat pribadi masing-masing siswa. Erat sekali kaitannya dengan peran pembimbing, guru harus sanggup memberi nasihat ketika siswa membutuhkan.
Berikut ini gambaran lengkap mangenai peran guru dan siswa dalam PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:92) adalah.
1.      Pembelajaran aktif
a.       Guru aktif
1)      Memantau kegiatan belajar siswa
2)      Memberi umpan balik
3)      Mengajukan pertanyaan yang menantang
4)      Mempertanyakan gagasan siswa
b.      Siswa aktif
1)      Membangun konsep bertanya
2)      Bertanya
3)      Bekerja, terlibat, dan berpartisipasi
4)      Menemukan dan memecahkan masalah
5)      Mengemukakan gagasan
6)      Mempertanyakan gagasan
2.      Pembelajaran inovatif
a.       Guru inovatif
1)      Berperan sebagai fasilitator pembelajaran
2)      Mengimplementasikan hal baru yang cocok dengan materi
b.      Siswa inovatif
1)      Menemukan cara untuk memperdalam materi
3.      Pembelajaran kreatif
a.       Guru kreatif
1)      Mengembangkan kegiatan yang menarik dan beragam
2)      Membuat alat bantu belajar
3)      Memanfaatkan lingkungan
4)      Mengelola kelas dan sumber belajar
5)      Merencanakan proses dan hasil belajar
b.      Siswa kreatif
1)      Membuat/merancang sesuatu
2)      Menulis/mengarang
4.      Pembelajaran efektif
a.       Guru mencapai tujuan pembelajaran
b.      Siswa mencapai kompetensi yang diharapkan
5.      Pembelajaran menyenangkan
a.       Siswa senang karena :
1)      Kegiatannya menarik, menantang, dan meningkatkan motivasi
2)      Mendapat pengalaman secara langsung
3)      Kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah semakin meningkat
4)      Tidak membuat siswa takut
b.      Guru senang karena mampu mengkondisikan anak agar mampu:
1)      Berani mencoba/berbuat
2)      Berani bertanya
3)      Berani memberikan gagasan/pendapat
4)      Berani mempertanyakan gagasan orang lain
Guru mempunyai tanggung jawab yang besar dalam merealisasikan peran di atas. Gambaran PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan selama pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut.
Agar pelaksanaan PAIKEM berjalan sebagaimana diharapkan, John B. Biggs and Ross Telfer, dalam Anwar Fuady, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa:
a.       Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka.
b.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan.
c.       Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka.
d.      Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka.
e.       Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain berikutnya.
f.       Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.
g.      Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa.
h.      Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri.
i.        Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
j.        Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa.
k.      Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan penemuan agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful learning) pada siswa.
l.        Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.

Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam pelaksanaan konsep PAIKEM jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama para guru dalam paradigma baru pendidikan ”bukan membuat siswa belajar” tetapi ”membuat siswa mau belajar”, dan juga ”bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi ”mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran ”. Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan: ”Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti”.
Berbicara tentang pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik mana yang relevan dengan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, pada dasarnya semua pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik adalah relevan dan cocok diterapkan dalam pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Guru hanya tinggal menyesuaikan strategi, teknik, metode atau model mana yang akan dipilih dengan mempertimbangkan berbagai potensi dan kemampuan yang dimiliki baik oleh sekolah, guru, maupun siswa. Masing-masing model, strategi, teknik, dan metode memiliki karakteristik masing-masing, termasuk kelebihan dan kekurangannya.

E.     Jenis Penilaian Yang Sesuai Dengan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAIKEM)
Dalam pelaksanaan konsep PAIKEM, penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output) adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Inilah yang disebut efektif dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus dilakukan dan diakui secara komulatif. Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini tentu saja melibatkan Professional Judgement dengan memperhatikan sifat obyektivitas dan keadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian alternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilan pembelajaran Model PAIKEM.
Beberapa kriteria penilaian yang sesuai dengan konsep PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:105) adalah sebagai berikut.
1)      Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model PAIKEM adalah penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
2)      Tujuan penilaian otentik itu sendiri adalah untuk:
a.       Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu;
b.      Menentukan kebutuhan pembelajaran;
c.       Membantu dan mendorong siswa;
d.      Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik;
e.       Menentukan strategi pembelajaran;
f.    Akuntabilitas lembaga; dan
g.   Meningkatkan kualitas pendidikan.
3)      Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio.
4)      Dalam pembelajaran, dengan pendekatan PAIKEM rangkaian penilaian ini seyogyanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian tersebut memiliki beberapa kelemahan selain keunggulan.
Proses penilaian PAIKEM harus benar-benar obyektif dan sesuai dengan realitas yang ada. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi, karena hanya akan menghambat proses pengembangan selanjutnya. Dengan obyektivitas yang tinggi, evaluasi akan berjalan dengan baik dan efektif.
Tujuan penilaian pembelajaran model PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:106) adalah sebagai berikut.
  1. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu
  2. Menentukan kebutuhan pembelajaran
  3. Membantu dan mendorong siswa
  4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
  5. Menentukan strategi pembelajaran
  6. Akuntabilitas lembaga
  7. Meningkatkan kualitas pendidikan
Untuk merancang dan melaksanakan penilaian PAIKEM, harus mendasarkan pada dua hal berikut.
1) Merancang penilaian dilakukan bersamaan dengan merancang pembelajaran tersebut. Penilaian disesuaikan dengan pendekatan dan metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran.
2) Dalam pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM, penilaian dirancang sebagaimana dengan penilaian otentik. Artinya, selama pembelajaran itu berlangsung, guru selain sebagai fasilitator juga melakukan penilaian dengan berbagai alat sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

F.     Implementasi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) di Sekolah Dasar
Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa pendekatan PAIKEM diterapkan di Indonesia, yakni: Pertama, PAIKEM lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita mengenal pembelajaran model konvensional yang dinilai hanya guru yang aktif (monologis), sementara peserta didiknya pasif, sehingga pembelajarannya dinilai menjemukan, kurang menarik, dan tidak menyenangkan. Kedua, PAIKEM lebih memungkinkan, baik peserta didik maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif, mencoba berbagai cara melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran. Sementara peserta didik juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat bantunya sehingga pada akhirnya hasil pembelajaran dapat meningkat.
Dalam pembelajaran Model PAIKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
Model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, atau yang kita sebut dengan PAIKEM itu tidak selalu mahal. Unsur kreativitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola pikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya. Seperti misalnya bagaimana seorang guru sains di sebuah sekolah menggunakan alat peraga simulasi (Holikopter) yang dibuat dari kertas karton yang diapungkan di depan kelas dengan menggunakan sebuah blower untuk memudahkan para siswa dalam memahami prinsip-prinsip yang berkaitan dengan mata pelajaran tersebut. Proses pembelajarannya mudah dipahami dan sangat menyenangkan. Media simulasi ini tidak dibeli sudah jadi, tetapi dirancang oleh seorang guru mata pelajaran sains itu sendiri.
Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan adalah media elektronik (Computer – Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian ’bahan ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Taksonomi Bloom. Ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru.
Tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario penyajian pembelajaran dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).
Dalam mendesain pembelajaran PAIKEM, menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 150) ada lima prinsip utama yang harus diperhatikan yaitu.
1) Prinsip kesiapan dan motivasi
Dalam kegiatan belajar, siswa yang memiliki kesiapan seperti kesiapan mental, fisik, dan motivasi tinggi maka hasil belajarnya akan lebih baik.
2)      Prinsip penggunanan alat pemusat perhatian
Cara yang dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian siswa adalah :
a)      Mengkaitkan pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa.
b)      Menggunakan alat bantu pemusat perhatian misalnya media pembelajaran dan alat peraga.
c)      Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topik yang sudah dipelajari.
d)     Mengunakan musik penyeling.
e)      Menciptakan suasana riang.
f)       Teknik penyajian yang bervariasi.
g)      Mengurangi bahan/materi yang tidak relevan.
3)      Prinsip partisipasi aktif siswa
Cara yang dapat ditempuh adalah
a)      Memberikan pertanyaan saat PBM berlangsung
b)      Mengerjakan latihan setiap akhir suatu bahasan
c)      Membuat percobaan dan memikirkan atas hipotesis yang diajukan
d)     Membentuk kelompok belajar
e)      Menerapkan pembelajaran kontekstual, kooperatif, dan kolaboratif.
4)      Prinsip umpan balik
Cara yang ditempuh adalah
a)      Memberikan soal kemudian membahas soal tersebut
b)      Memberikan tugas kemudian memberikan coretan atau komentar terhadap pekerjaan siswa
5)      Prinsip pengulangan
Pengulangan dapat dilakukan dengan memperdengarkan hasil rekaman saat guru mengajar atau memberikan tugas kepada siswa untuk membaca buku dengan topik yang sama.
Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’ (membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.
Dalam proses pelaksanaan PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:99), ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain.
1)      Memahami sifat yang dimiliki anak. 
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.
2)      Mengenal anak secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak tersebut menjadi optimal.
3)      Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar 
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.
4)      Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah 
Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5)      Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6)      Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar 
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.
7)      Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa.
    Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
8)      Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental 
Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan pembelajaran PAIKEM.

G.    Model Pembelajaran yang berorientasi pada PAIKEM
1.      Examples Non Examples
Langkah-langkah :
-          Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
-          Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
-          Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
-          Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
-          Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
-          Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
-          Kesimpulan
2.      Picture And Picture
Langkah-langkah :
-          Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
-          Menyajikan materi sebagai pengantar
-          Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
-          Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
-          Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
-          Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
-          Kesimpulan/rangkuman
3.      Numered Head Together
Langkah-langkah :
-          Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
-          Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
-          Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
-          Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
-          Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
-          Kesimpulan
4.      Cooperative script
Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. (Dansereau CS., 1985)
Langkah-langkah :
-          Guru membagi siswa untuk berpasangan
-          Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
-          Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
-          Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
·         Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
·         Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
-          Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
-          Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
-          Penutup
5.      Kepala Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
-          Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
-          Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
-          Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
-          Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
-          Kesimpulan
6.      Student Teams-Achievement Divisions (STAD)
Tim Siswa Kelompok Prestasi (SLAVIN, 1995)
Langkah-langkah :
-          Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
-          Guru menyajikan pelajaran
-          Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
-          Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
-          Memberi evaluasi
-          Kesimpulan
7.      Jigsaw (Model Tim Ahli)
Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and Snapp (1978)
Langkah-langkah :
-          Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
-          Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
-          Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
-          Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
-          Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
-          Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
-          Guru memberi evaluasi
-          Penutup
8.      Problem Based Introductuon (PBI)
Langkah-langkah :
-          Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
-          Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
-          Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
-          Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
-          Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

H.    Kendala Dan Tips Dalam Aplikasi PAIKEM
Menurut Asmani (2011:191) beberapa kendala dan tips dalam aplikasi pembelajaran PAIKEM yaitu:
1. Kendala dalam PAIKEM
a.       SDM Guru
Dalam penerapan PAIKEM, dibutuhkan guru yang kreatif, yaitu guru yang mampu mencari celah ditengah keterbatasan, kepenatan dan kejenuhan siswa. Guru kreatif mampu menyegarkan suasana, membangkitkan semangat dan memompa potensi siswa. Guru kreatif mampu menyuguhkan variasi pendekatan strategi yang dinamis, kontekstual dan produktif. Ironisnya, mayoritas guru masih banyak yang jauh dari kategori kreatif ini. Mereka lebih suka menempatkan siswa sebagai objek, tidak memberikan ruang diskusi interaktif dan hamya berpikir menuntaskan target kurikulum, tanpa melihat daya serap anak didik.
b.      Siswa Pasif
PAKEM membutuhkan mentalitas siswa yang aktif, kritis, analitis dan responsive. Dengan mentalitas seperti ini, pembelajaran akan berjalan dengan gayeng , berkualitas dan penuh makna. Siswa semakin kaya akan pengetahuan, wacana dan informasi. Kedewasaan dan kematangan akan tumbuh dalam berdiskusi.
Mayoritas siswa dinegeri ini masih termasuk kategori pasif. Mereka belum terbiasa untuk bertanya, berdiskusi dan berdebat. Ini tidak lepas dari fakta selama ini bahwa sekolah bukan lembaga yang menyamai berpikir kritis, analitis dan solutif. 
c.       Sarana dan Prasarana
PAKEM membutuhkan sarana prasarana yang representative. Pengaturan ruang mempunyai pengaruh besar dalam menciptakan animo dan antusiasme guru dan siswa. Dengan ruangan yang dikondisikan, secaar psikologis guru dan siswa akan bergerak motivasi untuk mempraktikannya. Tanpa sarana dan prasarana sebenarnya PAKEM bisa dilaksanakan, tergantung kreativitas guru, namun hasilnya lebih memuaskan apabila ada sarana prasarana yang mendukung.
d.      Lemahnya Pengawasan
Guru membutuhkan pengawasan dalam pengajarannya. Dalam aplikasi PAIKEM, pengawasan harus lebih ditingkatkan. Dengan adanya pengawasan langsung, guru akan terdorong untuk menerapkan PAIKEM dengan baik.
e.       Manajemen kurang mendukung
Manajemen tertutup, sentralistik dan dictator sudah harus dihilangkan dalam model manajemen modern sekarang ini. Karena tidak mampu mengembangkan kretativitas dan menghambat lahirnya inovasi spektakuler yang lainnya.
f.       Anggaran
Memang harus diakui, anggaran menjadi masalah klasik didunia pendidikan, khususnya kalangan swasta yang tidak kreatif dan inovatif dalam mencari trobosan dana. Berbeda halnya dengan kalangan swasta yang progresif dalam mengembangkan aspek ekonomi. Mereka dengan leluasa merespon setiap perkembangan dan perubahan dengan cepat dan akurat.
2.      Tips dalam aplikasi PAIKEM
a.       Memprioritaskan Pelatihan Guru
Ujung tombak PAIKEM adalah guru. Ditangan gurulah terletak efektif tidaknya PAIKEM. Oleh sebab itu, langkah yang pertama dan utama untuk meyukseskan program ini adalah mengadakan pelatihan guru secara intensif dan ektensif.
b.      Optimalisasi Microteaching
Microteaching menjadi trobosan progresif dalam pengajaran. Microteaching ini bisa dijadikan eksperimentasi PAIKEM.
c.       Mencoba Teamteaching
Teamteaching adalah sisten mengajar yang diasuh oleh beberapa guru yang mempunyai keahlian mendalam (tim). Misalnya IPA diasuh oleh 2 guru, yang satu menerangkandan yang lainnya mengamati dalam kelas untuk melihat respons siswa dan berusaha menggugah semangat belajar siswa.
d.      Menerapkan Moving Class
Moving class adalah system pembelajaran di mana siswa harus berpindah-pindah kelas, sesuai pelajaran yang diajarkan. Siswa perlu suasana, tempat dan kondisi baru sehingga tidak jenuh.
e.       Berlatih Membuat Ice Breaker
Salah satu cirri PAIKEM adalah menyenangkan. Oleh karena itu, guru harus mampu membuat suasana gembira, misalnya dengan membuat ice breaker (pemecah kebekuan) agar suasana menjadi cair, humoris dan tidak tegang.
f.       Membuat Diktat Praktis
Ketika menyusun diktat, guru harus menulisnya denga gaya PAIKEM, yaitu diktat yang bisa menjadi panduan pembelajran interaktif, menyenangkan dan mempunyai kualitas tinggi.
g.      Sedikit Bicara Banyak Diamnya
Guru yang baik adalah guru yang sedikit bicara banyak diamnya. Sedangkan siswa yang baik adalah yang banyak bicara, sedikit diamnya. Artinya, guru berusaha menahan diri untuk tidak banyak berbicara. Biarkan siswa-siswa mengekspresikan gagasan dan pemikirannya secara leluasa.






















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
PAIKEM merupakan sinonim dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. PAIKEM merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar sambil bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat bantu termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. 
PAIKEM memiliki lima pilar utama yaitu pembelajaran yang aktif, pembelajaran yang inovatif, pembelajaran yang kreatif, pembelajaran yang kreatif, dan pembelajaran yang menyenangkan.
Secara garis besar, ciri-ciri PAIKEM menurut pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Jamal Ma’mur Asmani (2011:83) adalah sebagai berikut.
1.     Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat (learning to do).
2.     Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3.     Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
4.     Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5.     Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sekurang-kurangnya ada empat prinsip atau komponen PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:123) yang dapat didentifikasi, yaitu: 
1.             Mengalami
2.             Interaksi
3.             Komunikasi
4.             Refleksi
Dalam PAIKEM, aktor utamanya adalah guru dan siswa. Keduanya ada dalam interaksi yang dinamis dan kontekstual. Jika keduanya pasif, tidak inovatif, dan tidak kreatif maka PAIKEM tidak dapat berjalan sesuai dengan koridornya.
Proses penilaian PAIKEM harus benar-benar obyektif dan sesuai dengan realitas yang ada. Jangan sampai ada yang ditutup-tutupi, karena hanya akan menghambat proses pengembangan selanjutnya. Dengan obyektivitas yang tinggi, evaluasi akan berjalan dengan baik dan efektif.
Dalam proses pelaksanaan PAIKEM menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:99), ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain.
1.  Memahami sifat yang dimiliki anak. 
2.  Mengenal anak secara perorangan
3.  Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar 
4.  Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah 
5.  Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
6.  Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar 
7.  Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
8.  Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental 

B.     Saran
Semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi rujukan atau panduan dalam implementasi PAIKEM dalam proses pembelajaran. Kritik dan saran dibutuhkan untuk perbaikan yang akan datang.











DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Yogyakarta: Diva Press.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Suyanto, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Rajagrafindo Persada.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Uno, Hamzah. 2012. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Fuady, Anwar. 2011. Peran Guru dalam Pembelajaran PAKEM. Dalam  http://www.sekolahdasar.net/2011/07/peran-guru-dalam-pembelajaran-pakem. html. Diakses pada tanggal 22 Februari 2012.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Konsep PAKEM. Dalam http://akhmadsudrajat.
        wordpress.com/2008/01/22/konsep-pakem/ diakses pada tanggal 22 Februari 2012.